Puisi Berjilbab #2

jika setetes embun sanggup memuaskan dahaga
maka cukuplah senyummu untuk memuaskan hatiku
karena tidaklah penting arti perasaanku padamu
melainkan arti kehadiranmu bagi hidupku

kau tahu bahwa bintang-bintang bercahaya karena mereka bertasbih memuja-Nya
begitu juga aku ingin malamku bertasbih karena memikirkanmu
karena tiadalah waktu berguna selain mengingat semua anugerah-Nya
dan ku syukuri pertemuan kita sebagai bagian dari kehendak-Nya

aku bagaikan pelaut yang kehilangan arah pelayaranku
dan maukah engkau menjadi navigator untukku
untuk menunjukkan jalan yang benar dan damai
menuntun arah menuju kebahagiaan nan permai

seorang perempuan diciptakan dari seorang laki-laki
dan adalah rusuk yang hilang yang mesti dicari
mungkinkah dirimu yang berjilbab itu?
semoga ku temukan jawabannya lewat tiap senyuman yang menghantui doa-doa ku...

Puisi Berjilbab #1

(Untuk Ikke Meyzilva)

senyum yang dilapisi keikhlasan diri
mengajak hati sejenak bertafakur dalam mimpi

bahkan selalu ada keteduhan di sela² bibirmu
tatkala senyuman bidadari itu meniupkan getar² tak menentu di dadaku
mungkinkah segalanya hanya ilusi semata?
dan hanya dirimu yg realita

karena langit pun akan kecewa ketika kau diam
dan dunia tak lagi ceria ketika kau muram
maka tersenyumlah agar duniaku menjadi cerah
dan terbangkan hati itu untuk kuraih dengan segala amanah