agustusan

ia datang ke medan perang bersenjata cinta tanah air dan keberanian
serta rela berkorban demi masa depan
pada tiap pertempuran yang terlalu ajaib untuk dimenangkan
sementara nyawa-nyawa beterbangan bagai layang-layang
darah lelaki tumpah menjadi tinta bagi perundingan
menjelma menjadi tanda tangan
hingga kemudian ketika tinggal sejarah
yang memutih menjadi uban di rambutnya
di ingatnya masa-masa dahulu
dengan tubuh yang semakin renta dan peluru bersarang di paha
hanya bersandar pada tunjangan negara
yang tak semestinya, tak ternilai dengan perjuangannya
dipandangnya burung yang berkacak pinggang
di atas dinding kayu usang
“demi engkau aku rela berkorban!” ikrarnya waktu itu
dan kini, setidaknya generasi bisa tertawa
menjaga negeri agar tak lagi sengsara dan dihina
dikenangnya kisah-kisah lama, yang dijadikan lagu-lagu negara
peristiwa-peristiwa yang bergolak di darahnya
revolusi tak pernah mati!
kini tinggal bagaimana generasi negeri ini berdikari…

082605

0 komentar:

Posting Komentar